Analisis Novel : Ai, Cinta yang Tak Pernah Lelah Menanti

I. Identitas Buku
1. Judul Buku : Ai, Cinta yang Tak Pernah Lelah Menanti
2. Nama Pengarang : Winna Efendi
3. Tempat Penerbitan Buku : Jakarta, Gagas Media
4. Tahun Penerbitan : 2013
5. Tebal Buku : 13 x 19 cm
6. Jumlah Halaman : 282 halaman


II. Isi Buku/Sinopsis Singkat
"Cinta itu seperti sesuatu yang mengendap-endap di belakangmu. Suatu saat, kau baru sadar, cinta menyergapmu tanpa peringatan."
Novel ini bercerita mengenai kisah percintaan yang berlatarkan di negeri sakura, ya, di Jepang.
Kisah berawal dari seorang perempuan muda cantik blasteran Jepang-Amerika bernama Ai Nakaji yang tinggal di suatu desa dekat pantai yang sepi namun menawan dan seorang laki-laki muda yang pandai bernama Sei Matsumoto.
Ai dan Sei lahir pada tanggal dan bulan yang sama di musim dingin, namun Sei satu tahun lebih muda dari Ai. Keluarga Ai mempunyai bisnis pemandian air hangat, dan keluarga Sei memiliki bisnis restauran. Ai dan Sei sudah mengenal satu sama lain sejak 18 tahun yang lalu. Seiring berjalannya waktu, mereka tumbuh dewasa dan tidak terpisahkan.
Sampai pada tahun ini, adalah tahun Ai dan Sei lulus dari SMA. Di sela-sela liburan kelulusan, mereka menghabiskan waktu membantu sesama keluarga dalam menjalankan bisnisnya, sering juga mereka habiskan untuk bermain ke pantai yang tidak terlalu jauh lokasinya dari rumah mereka. Sampai mereka bertemu dengan seorang pemuda yang baru lulus dari SMA di Tokyo, berkacamata dan cukup tampan bernama Shin Matsuoka. Seketika, Shin menarik perhatian Ai.
Kini, Ai dan Sei bukan lagi berdua, melainkan bertiga dengan hadirnya Shin. Shin tinggal di desa ini hanya untuk sementara, hanya untuk menghabiskan masa liburan kelulusan SMA dan menjenguk keadaan neneknya disini.
Shin memberitahu Ai dan Sei bahwa pendidikan di Tokyo jauh lebih baik daripada pendidikan lokal di desa ini. Shin mengajak Ai dan Sei untuk melanjutkan kuliah di Tokyo, yang mana itu adalah suatu pertimbangan besar bagi Ai dan Sei, terutama bagi Sei.
Entah itu kebetulan atau memang takdir, mereka bertiga diterima di salah satu perguruan tinggi di Tokyo. Setelah liburan berakhir, mereka langsung berangkat ke Tokyo untuk mengejar mimpi-mimpinya. Di Tokyo, mereka membeli satu rumah untuk ditinggali bertiga.
Singkat cerita,
Ai dan Shin menjadi semakin dekat, Sei yang cemburu namun merasa bahwa ia tidak memiliki hak untuk cemburu dan melarang Ai untuk berdekatan dengan Shin, membuat Sei sering keluar dari rumah dan mencari kesibukan sendiri, mencoba untuk menghapuskan sakit yang Sei rasakan. Dan pada suatu malam, ia bertemu dengan seorang perempuan yang unik dan ceria bernama Natsu.
Ai dan Shin, Sei dan Natsu.
......
Hingga pada saatnya, Sei menyadari bahwa ia mengagumi Natsu hanya karena Natsu mirip dengan Ai. Kepribadian uniknya, cerianya, bawelnya, hampir mirip dengan Ai.
Dan Shin, Shin meninggal dunia karena kecelakaan mobil. Ai pun hancur. Laki-laki yang selalu ia kagumi kini telah pergi.
Ai dan Sei dilanda kehilangan dan kesedihan yang begitu mendalam. Shin adalah salah satu yang mengajak Ai dan Sei untuk mengejar mimpi di Tokyo, namun Shin lah yang pada akhirnya tidak dapat mencapai mimpinya sendiri.
Setelah kejadian itu, Sei yang terus merawat Ai, yang selalu mengingatkan Ai untuk merawat dirinya sendiri, yang selalu hadir saat Ai membutuhkan sesuatu, yang mencoba untuk menggantikan Shin, yang mencoba untuk memberikan Ai segala sesuatu yang terbaik,
yang tidak pernah berhenti berdoa, menyebut nama Ai dalam doanya, betapa ia menyayangi Ai. Tidak ada yang pernah menggantikan Ai di hatinya. Apapun yang ia lakukan, akan selalu mengingatkan dirinya akan Ai.
Dan Sei juga tidak pernah lupa berdoa untuk Shin,
Sei tidak pernah lupa dari ingatan dan kenangan akan Shin. Pemuda yang baru ia kenal beberapa tahun, namun kebaikannya akan selalu hidup.
......
Bagian yang paling menyentuh untuk diketahui adalah,
bahwa Ai dan Sei,
mereka telah ditakdirkan untuk bersama sejak mereka lahir.
Tidak peduli berapa jauh mereka pergi berlawanan arah, tak peduli seberapa sibuk mereka dengan kepentingan mereka masing-masing, tak peduli berapa kali mereka jatuh cinta dengan orang lain,
jika Tuhan berkehendak dan takdir sudah dituliskan,
jika dia memang tercipta untukmu,
dia tak akan pernah pergi jauh darimu.
dia tak akan pernah menjadi milik orang lain.
Cinta memang rumit,
namun Cinta juga sebenarnya sesederhana itu.


III. Unsur Intrinsik Novel
1. Tema
Tema yang diangkat dari novel Ai, Cinta yang Tak Pernah Lelah Menanti adalah Keyakinan.

2. Tokoh
- Ai Nakaji (seorang perempuan yang unik, yang selalu ceria)
- Sei Matsumoto (pemuda yang realistis, yang sabar, dan pandai)
- Shin Matsuoka (pemuda kaya dari Tokyo, optimis, berkacamata, memiliki senyum menawan)
- Natsu (perempuan yang ceria, tulus, tersakiti)
- Ayah Ai (laki-laki yang keras, tegas, namun penyayang)
- Ayah Sei (ramah)
- Ibu Sei (ramah, anggun)
- Risa Matsumoto (pendiam, namun sosok kakak perempuan yang baik)
- Nenek Shin (memiliki kepribadian yang hangat)
- Toru (bos di tempat Sei bekerja paruh waktu yang memiliki sifat tegas, namun baik)

3. Alur
Alur cerita novel ini adalah maju-mundur. Karena ada beberapa bab yang menceritakan Sei sedang mengingat-ingat masa lalu.

4. Latar
Latar Tempat
- Desa dekat pantai (tidak disebutkan namanya)
- Pemandian air hangat Nakaji
- Restauran Matsumoto
- Rumah Ai
- Rumah Sei
- Pantai
- Festival Musim Panas di Desa
- Tokyo
- Rumah di Tokyo
- Stasiun di Roppongi
Latar Waktu
- Pagi (saat Ai dan Sei pertama kali bertemu dengan Shin di Restauran Matsumoto)
- Siang (saat Ai, Sei dan Shin tiba di Tokyo)
- Sore (saat Sei bekerja paruh waktu di restauran cepat saji di Tokyo)
- Malam (saat Sei pulang kerja bersama Natsu, berjalan sampai ke stasiun)
Latar Suasana
- Sedih (saat hamster yang Ai pelihara mati)
- Ceria (saat liburan kelulusan telah datang)
- Bersemangat (saat Ai, Sei dan Shin mendaftar ujian masuk perguruan tinggi di Tokyo)
- Galau (saat Sei merenung apakah ia ingin melanjutkan kuliah lokal di desa atau ingin ikut ke Tokyo)
- Menegangkan (saat Ai, Sei dan Shin menunggu pengumuman penerimaan masuk perguruan tinggi di Tokyo)
- Kecewa (saat Sei melihat bahwa Ai dan Shin semakin dekat)
- Patah Hati (saat Natsu menyadari bahwa Sei tidak pernah mencintai dirinya dengan tulus)
- Kehilangan yang mendalam (saat Shin meninggal dunia)
- Sendu (saat Ai sedang mendengarkan musik jazz di rumah, mengingat-ingat kenangan akan Shin, laki-laki yang ia kagumi)
- Syahdu (saat Sei meminta Ai untuk menikahi dirinya)

5. Amanat
- Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, namun satu yang pasti, jika Tuhan berkehendak, maka tidak ada yang bisa kita ubah.
- Yakinlah bahwa apapun yang terjadi dalam perjalanan hidup kita, adalah yang terbaik untuk kita.
- Jika sesuatu memang ditakdirkan menjadi milik kita, orang lain tidak akan pernah memilikinya seutuhnya.

6. Sudut Pandang
- Orang pertama pelaku utama ("aku membantu ayah dan ibuku di restauran di sela-sela waktu kosong yang kumiliki.")
- Orang pertama pelaku sampingan ("aku sudah mengenal Ai sejak 18 tahun yang lalu. Dia adalah gadis ceria dengan rambut hitam dan mata biru......")
- Orang ketiga serba tahu (aku lihat Ai menuruti pendapat Shin untuk memakai yukata merah saat Festival Musim Panas. Aku terdiam, terpaku, mengamati mereka. Apa itu yang dinamakan cinta?")


IV. Unsur Ekstrinsik Novel
1. Biografi Pengarang
Winna Efendi. Lahir di Jakarta pada tahun 1986. Senang menulis dalam lembaran buku-buku tulis lama hingga akhirnya bergabung dalam komunitas penulisan online. Novel-novel karyanya adalah Kenangan Abu-abu (2008), Refrain, Saat Cinta Selalu Pulang (2009), Glam Girls Unbelievable (2009), dan masih banyak novel lainnya.

2. Keadaan Sosial Budaya
Sosial budaya yang ditampakan adalah budaya Jepang. Hal itu dikarenakan latar yang diceritakan  oleh penulis adalah di Jepang.



Inti dari novel ini sudah dijelaskan di bagian amanat. Novel ini menceritakan cinta ke arah yang positif, sebagaimana Ai mencintai Shin yang membuat Ai selalu termotivasi dalam melakukan hal apapun, namun tidak berlebihan. Hanya saja jodoh sudah ada yang mengatur, seberapa besar kau menginginkan sesuatu, jika itu bukan tercipta untukmu, jika Tuhan sudah berkehendak, itu tidak akan menjadi milikmu. Namun apapun yang terjadi, apapun yang telah direncanakan oleh Tuhan, pasti yang terbaik untukmu. Percayalah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisa Rumah Adat Sumatera Utara

Analisa Sederhana Hasil Arsitektur Klasik dan Modern

Analisa Tipologi Perpustakaan - Bodleian Library, University of Oxford