Analisa Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

"ANALISA TIPOLOGI BANGUNAN PERKANTORAN NEGERI"

Sebelum kita memulai analisa, pertama-tama alangkah baiknya jika mengerti terlebih dahulu apa arti "perkantoran".
Suatu organisasi baik komersial maupun non-komersial umumnya memiliki suatu ruang sebagai pusat manajemen dalam menjalankan kegiatannya.
Ruang atau tempat tersebut adalah kantor.


Pengertian Kantor
Kantor dalam bahasa Indonesia adalah balai, gedung, ruang, tempat untuk mengurus suatu pekerjaan, atau disebut juga sebagai tempat kerja.
Kantor (dari bahasa Belanda kantoor, sendirinya dari bahasa Perancis comptoir) adalah sebutan untuk tempat yang digunakan untuk perniagaan atau perusahaan yang dijalankan secara rutin.
Kantor bisa hanya berupa suatu kamar atau ruangan kecil maupun bangunan bertingkat tinggi.


Analisa Perkantoran Negeri - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

I. Pendahuluan


Perpustakaan Nasional Republik Indonesia





Lokasi: Jalan Salemba Raya nomor 28 A, Kenari, Senen, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 10430.
Perpusnas ini pertama kali dibuka pada tanggal 17 Mei 1980.

PERPUSTAKAAN INI JUGA MERANGKAP SEBAGAI KANTOR.

Pada salah satu situs pemerintahan di internet juga mengatakan bahwa Perpusnas ini termasuk kantor.
Mengapa perpustakaan ini juga dikatakan sebagai kantor? Berikut penjelasannya.

Kantor dibedakan menjadi 3 jenis:

1. Kantor ruang kerja (untuk pekerjaan membaca, pekerjaan menggunakan komputer, dan menulis)
2. Kantor ruang pertemuan (kegiatan interaktif, diskusi, percakapan, dan pertukaran pendapat)
3.Kantor ruang pendukung (pengarsipan dokumen)

Di Ruang Keanggotaan Lantai 1 Perpusnas sering dijadikan:

- pusat penerimaan informasi,
- pusat pengolahan informasi,
- pusat penyebaran informasi,
- rapat anggota,
- pencatatan rapat,
- pencatatan kegiatan keseharian para anggota,
- pencatatan keluar-masuk buku di Perpusnas,
- pengarsipan hasil pencatatan, dsb.
Rapat juga seringkali diadakan di salah  satu ruang baca. Kemudian, Menteri Pendidikan terkadang mengadakan pertemuan dengan anggota/staff Perpusnas di Ruang Keanggotaan.
Bisa kita lihat Perpusnas ini mencakup ketiga jenis kantor seperti yang sudah diterangkan diatas. Oleh karena itu, Perpusnas ini adalah perpustakaan yang juga merangkap sebagai kantor.


ANALISIS
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) adalah Lembaga Pemerintah yang:
-melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang pendidikan dan kantor yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina,
- perpustakaan rujukan,
- perpustakaan deposit,
- perpustakaan penelitian,
- perpustakaan pelestarian, dan
- pusat jejaring perpustakaan, serta
- berkedudukan di ibukota negara.
Perpustakaan Nasional berada di Jakarta dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Sejarah Perpusnas bermula dengan didirikannya Bataviaasch Genootschap pada 24 April 1778. Lembaga ini adalah pelopor Perpusnas dan baru dibubarkan pada tahun 1950.
Awalnya, Perpustakaan Nasional RI merupakan salah satu perwujudan dari penerapan dan pengembangan sistem nasional perpustakaan, secara menyeluruh dan terpadu, sejak dicanangkan pendiriannya tanggal 17 Mei 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef. Ketika itu kedudukannya masih berada dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setingkat Eselon II di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan badan ini merupakan hasil integrasi dari empat perpustakaan besar di Jakarta.
Keempat perpustakaan tersebut, yang kesemuanya merupakan badan bawahan DitJen Kebudayaan, adalah:
  • Perpustakaan Museum Nasional;
  • Perpustakaan sejarah, politik dan sosial (SPS);
  • Perpustakaan wilayah DKI Jakarta;
  • Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan;
Walau secara resmi Perpustakaan Nasional berdiri di pertengahan 1980, namun integrasi keseluruhan secara fisik baru dapat dilakukan pada Januari 1981.

II. Pembahasan

BENTUK
1. Tampak









Tampak Perpusnas ini terlihat sangat formal, dari bentukan-bentukan kotak/kubisme yang kaku, tidak adanya unsur dinamis atau organis pada fasad bangunan, dan tidak adanya permainan warna yang cerah.

Tampak/fasad Perpusnas ini menurut analisa saya memakai gaya arsitektur De Stijl yang terinspirasi dari bangsa Belanda.
Mengingat bahwa Perpusnas ini dibangun pada tahun 1980 (beberapa tahun setelah Perang Dunia II selesai dan Belanda meninggalkan Indonesia setelah 300 tahun lebih mendiami Indonesia), banyak meninggalkan bangunan-bangunan di Indonesia yang bergaya unik, lain, dan belum pernah dipakai oleh bangunan asli Indonesia sebelumnya. Yaitu Art Deco, Art Nouveau dan De Stijl. 
Menurut analisa saya, pengaruh gaya arsitektur dari Belanda yang paling sesuai dengan Perpusnas ini adalah De Stijl. 
Konsep De Stijl ini adalah garis-garis geometris dan kubisme. Dapat kita lihat kembali pada fasad Perpusnas, banyaknya penggunaan bentuk-bentuk kubisme seperti pada jendela, penempatan jendela kotak yang berulang dan berjarak sama.


2. Denah






Dari denahnya, dapat dilihat bahwa perpusnas ini adalah bangunan simetris.
Penataan simetris memiliki kesan kaku, formal, serius, dan kesan hierarki yang tinggi.
Mengapa perpusnas ini menggunakan prinsip penataan simetris? Karena perpustakaan adalah satu tempat yang bersifat formal. Segala kegiatan di dalamnya bersifat serius dan kaku, dimana orang-orang melakukan aktivitas belajar, mencari sumber informasi, membaca buku, mengerjakan tugas, dsb. Hal-hal tersebut memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi dan membutuhkan keseriusan. Oleh karena itu bangunan Perpusnas dibentuk se-formal mungkin untuk merefleksikan aktivitas para pengguna di dalamnya.
Kemudian untuk sirkulasi vertikal, perpusnas ini menggunakan tangga yang berada di depan bangunan (pada denah diatas, lokasi tangga ada di A1). Untuk lebih jelasnya, seperti ini.




Ad banyak sekali koleksi di Perpusnas. Pada tahun 2015 awal, tercatat ada sebanyak 2,6 juta koleksi buku. Tiap tahunnya jumlah itu terus menerus meningkat. Selain buku, ada juga koleksi koran, majalah, dan foto kuno. Selain itu, hal menarik lainnya adalah ada 11 ribu naskah kuno yang dipamerkan. Tiga di antara naskah kuno itu telah masuk daftar Memory of The World UNESCO, yaitu Naskah Negarakertagama, Babad Diponegoro, dan La Galigo. Semua naskah itu adalah asset penting warisan budaya Nusantara.
Pernahkah Anda berkunjung ke Perpusnas RI. Anda akan menemui 6 lantai di Perpusnas. Lantai 1 berfungsi melakukan registrasi pengunjung. Di lantai ini juga terdapat loker serta pojok hot spot. Di lantai 2, Anda akan menemui katalog. Anda dapat mengisi form dan menuliskan buku yang ingin Anda cari dengan menyerahkannya kepada pustakawan. Di sini, Anda tidak bisa bebas mengambil dan mengembalikan buku di tempatnya, pustakawan yang akan melakukanya.
Di lantai berikutnya, yaitu lantai 3, Anda akan menemui koleksi buku sosial, humaniora, dan lain-lain. Di lantai 4, tersimpan koleksi audio visual kuno. Lalu, di lantai 5 tersimpan koleksi naskah dan buku kuno. Di lantai teratas, yaitu lantai , Anda akan menemui koran-koran dan majalah-majalah lawas yang masih asyik dibaca.
Saat ini, untuk menyesuaikan diri dengan era digital, Perpusnas pun turut ambil bagian. Pada Agustus 2016 kemarin diluncurkan Perpusnas online. Ada iPusnas, e-Resources, dan e-Journal yang jumlahnya 10 ribu. Ada pula ios (Indonesia One Search) yang terdiri atas 500 perpustakaan.

3. Atap

Atap Perpusnas berbentuk atap datar. Atap datar ini bukan ciri khas dari daerah Indonesia. Indonesia biasa memiliki ciri atap segitiga yang terinspirasi dari bangsa Austronesia.
Atap datar ini merupakan ciri khas dari Belanda, De Stijl. Material atap ini menggunakan dak beton.


4. Interior


Sambutan Masuk ke Perpusnas


Ruang Daftar Pengunjung yang terletak tepat setelah pintu masuk



Ruang Keanggotaan

 Di dalam Ruang Keanggotaan


Ruang Tunggu yang dihiasi pameran kebudayaan kecil yang sangat cantik

Tempat Rak Buku 


Tempat Baca

Tempat Baca


Tempat Baca



Tempat Baca


Penempatan Rak Buku yang rapi dan simetris 


Rak Buku




Sirkulasi Vertikal berupa tangga di bagian depan bangunan

Interior Perpusnas ini begitu simetris. Semuanya ditata dengan rapi dan simetris. Guna penataan simetris ini adalah untuk memudahkan para pengguna saat bergerak, saat bergerak mencari buku, ingin menulis, ingin mencatat, ingin mencari lokasi rak buku, dsb.
Bisa dibayangkan apabila Perpusnas memiliki prinsip penataan asimetris, dimana lokasi rak buku mungkin tidak teratur dan tidak sejajar. Kemudian penempatan meja baca yang tidak teratur dan tidak sejajar. Akan sangat menyulitkan para pengguna.
Karena esensi dari sebuah perpustakaan adalah kenyamanan pengguna saat beraktivitas, maka sebisa mungkin bangunan perpustakaan menggunakan prinsip-prinsip yang tepat untuk memenuhi esensi dari "kenyamanan".



*sumber:
http://www.kanal.web.id/2016/08/pengertian-kantor-dan-manajemen.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kantor
https://id.wikipedia.org/wiki/Perpustakaan_Nasional_Republik_Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/De_Stijl
https://www.gadgetlive.co.id/ada-apa-saja-di-perpustakaan-nasional-ri/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisa Rumah Adat Sumatera Utara

Analisa Arsitektur Tropis