Konservasi Arsitektur - Stasiun Jakarta Kota

KONSERVASI ARSITEKTUR

1. Tujuan Konservasi
Adapun tujuan konservasi adalah sebagai berikut :
Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian
- Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini
Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian
Menampilkan sejarah pertumbuhan kota dalam wujud fisik 3 dimensi

2. Lingkup Konservasi
Adapun lingkup konservasi terbagi dalam beberapa jenis yaitu :
- Lingkungan alami
- Kota dan desa
- Garis cakrawala dan koridor pandang
- Kawasan
- Wajah jalan
- Bangunan
- Benda dan penggalan

3. Prinsip Konservasi
Adapun prinsip konservasi adalah sebagai berikut :
- Tidak mengubah bukti sejarah
- Menangkap kembali makna dari suatu tempat atau bangunan
- Suatu bangunan atau hasil karya bersejarah harus tetap berada pada lokasi historisnya
- Menjaga terpeliharanya latar visual yang cocok seperti bentuk skala, warna, tekstur, serta bahan materialnya

4. Studi Kasus di Daerah Jakarta - Stasiun Jakarta Kota (BEOS)
Bangunan Pemugaran
Nama Bangunan                     : Stasiun Jakarta Kota (BEOS)
Tahun Pembangunan              : 1926 – 1929
Arsitek                                    : Frans Johan Louwrens Ghijsels
Fungsi Awal                            : Stasiun Kereta
Fungsi Sekarang                      : Stasiun Kereta
Langgam                                 : Art Deco
Klasifikasi Bangunan              : membentuk kawasan bersejarah
Kondisi Bangunan                  : Baik

Gambar 1. : Stasiun Jakarta Kota
Sumber : Koleksi Foto dari Google, 2019

Stasiun Kereta Api Jakarta Kota (BEOS) adalah stasiun kereta api berusia tua yang berada dalam kawasan Kota Tua Jakarta. Stasiun tua yang bersejarah ini berumur hampir 100 tahun, dan sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 475 Tahun 1993.


a. Sejarah
Mungkin hanya sedikit warga Jakarta yang mengetahui apa arti dari BEOS, dan menurut artikel dalam wikipedia ada beberapa versi dalam mengartikan nama BEOS, yakni sebagai berikut :
BEOS kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh.
BEOS berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya “Batavia dan Sekitarnya”, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.
Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan. Nama ini muncul karena pada akhir abad ke-19, Batavia sudah memiliki lebih dari dua stasiun kereta api. Satunya adalah Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang. Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg, dan merupakan terminus untuk jalur Batavia-Buitenzorg. Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk Gemeente Batavia. Stasiun Kota (1929).

Batavia Zuid awalnya dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk renovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, kereta api-kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang. Pembangunannya selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.

Kriteria pemilihan bangunan konservasi berdasarkan kriteria Benda Cagar Budaya UU No. 11 Tahun 2012 yakni :
- Berusia 50 tahun atau lebih
- Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun
- Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan atau kebudayaan
- Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa

b. Karakter Bangunan
Di balik kemegahan stasiun ini, tersebutlah nama seorang arsitek Belanda kelahiran Tulungagung 8 September 1882 yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels, lelaki yang menamatkan pendidikan arsitekturnya di Delft dan mendirikan biro arsitektur Algemeen Ingenieur Architectenbureau (AIA). Stasiun BEOS merupakan karya besar Ghijsels, yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan Art Deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan. 
Seiring dengan perkembangan zaman, bangunan Stasiun Kota ini sendiri semakin terusik/ tertutupi dengan kepadatan bangunan di kota Jakarta sebagai dampak dari lajunya pertumbuhan kota yang kurang terkendali. Belum lagi kondisi bangunannya yang kurang terawat dengan baik sehingga hanya terlihat sebagai bangunan tua yang masih layak pakai. Sedangkan jika ditelusuri lebih jauh, bangunan Stasiun Kota ini sendiri sebenarnya sudah ditetapkan dalam peraturan pemerintah DKI Jakarta sebagai bangunan cagar budaya yang umumnya bisa digunakan untuk menarik kunjungan wisata baik dari dalam maupun luar negeri untuk menyimak kembali bagaimana perjalanan perkembangan kota Jakarta sejak zaman kolonial hingga sekarang ini.

Stasiun Jakarta Kota Tempo Dulu
Gambar 2. : Perspektif Stasiun Jakarta Kota (1929)
Sumber : Koleksi Foto di Tropenmuseum, Amsterdam, 2019

Gambar 3. : Tampak Depan Stasiun Jakarta Kota (1929)
Sumber : Koleksi Foto di Tropenmuseum, Amsterdam, 2019

Gambar 4. : Perspektif dari Atas Stasiun Jakarta Kota (1929)
Sumber : Koleksi Foto di Tropenmuseum, Amsterdam, 2019

Gambar 5. : Interior Stasiun Jakarta Kota (1929)
Sumber : Koleksi Foto di Tropenmuseum, Amsterdam, 2019

Stasiun Jakarta Kota Masa Kini
Gambar 6. : Perspektif Stasiun Jakarta Kota (2017)
Sumber : Koleksi Foto dari Google, 2019

Gambar 7. : Tampak Depan Stasiun Jakarta Kota (2017)
Sumber : Koleksi Foto dari Google, 2019

Gambar 8. : Interior Stasiun Jakarta Kota (2017)
Sumber : Koleksi Foto dari Google, 2019

c. Bentuk Bangunan
Adapun bentuk bangunan Stasiun Jakarta Kota adalah sebagai berikut :
Bangunan massa tunggal bertingkat 2, memiliki pola simetris baik pada bentuk dasar denah maupun fasad bangunan.

Gambar 9. : Denah Stasiun Jakarta Kota
Sumber : Koleksi Foto dari Google, 2019

Menggunakan atap lengkung sebagai ciri khas dari bentuk Art Deco.
Fasad mempunyai bentuk yang simetris dan dibangun dengan gaya arsitektur Art Deco yang terlihat pada pilar-pilar atap pintu utama, pintu utara dan pintu selatan.
Fasad pada pintu utama dibuat sedikit lebih megah dari pintu utara dan pintu selatan karena dipengaruhi oleh fungsinya di masa lampau sebagai bagian dari penyambutan.

Gambar 10. : Pintu Utara Stasiun Jakarta Kota
Sumber : Diolah dari Google Maps, 2019

Gambar 11. : Pintu Selatan Stasiun Jakarta Kota
Sumber : Diolah dari Google Maps, 2019

Gambar 12. : Pintu Utama Stasiun Jakarta Kota
Sumber : Diolah dari Google Maps, 2019

d. Konsep Perencanaan Konservasi
Eksterior
Menggunakan karakter kota tua/kota lama sebagai daya tarik untuk memberikan nilai tambah pada bangunan Stasiun Jakarta Kota.
Mempermudah pencapaian ke dalam kawasan, menata sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki di dalam kawasan, serta menyediakan sarana parkir yang mampu memenuhi kebutuhan aktivitas pengunjung pada kawasan di sekitar bangunan Stasiun Jakarta Kota.
Menata kembali sistem pedagang kaki lima yang berada di sekitar bangunan agar terlihat lebih rapi dan bersih.
Pengadaan kembali kawasan-kawasan hijau di sekitar lokasi seperti taman dan sejenisnya sebagai sarana penunjang dan nilai tambah dari bangunan.
Pengolahan fasad yang lebih menarik dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya, penertiban bagian-bagian fasilitas bangunan yang mencederai fasad bangunan sebagai bagian dari usaha mempertahankan jejak sejarah di kawasan Stasiun Jakarta Kota dan sekitarnya.
Penataan kebersihan dan keamanan di sekitar bangunan juga sangat dibutuhkan untuk memperlihatkan nilai sejarah dari sisi eksterior bangunan.

Interior
Penertiban kegiatan penjualanan di dalam stasiun sangat dibutuhkan guna menjaga kebersihan dan kenyamanan penggunaan stasiun.
Pengaturan tata tertib di dalam stasiun juga sangat dianjurkan untuk menjaga ketertiban pengguna KRL sekaligus menciptakan pemandangan suasana yang nyaman di dalam stasiun.
Khusus untuk bagian-bagian stasiun yang telah termakan usia atau yang tidak terurus dianjurkan untuk melakukan perbaikan dan penataan kembali agar tidak menimbulkan pemandangan atau suasana yang mengganggu.
Pengadaan fasilitas-fasilitas seperti tempat duduk sangat dianjurkan untuk memberikan tempat istirahat sementara bagi para pengguna KRL yang menunggu kedatangan/keberangkatan KRL.
Penyediaan fasilitas penyeberangan antar rel/tempat pemberhentian kereta juga sangat perlu. Selain untuk mengurangi waktu dan jarak tempuh yang jauh karena harus kembali melewati jalur dalam stasiun, juga mencegah terjadinya kecelakaan kereta yang disebabkan oleh aksi nekat para pengguna KRL yang menyeberang melalui jalur kereta.

5. Sumber Referensi
http://nisawulandari.blogspot.com/2016/03/konservasi-arsitektur-di-jakarta.html
http://f-pelamonia.blogspot.com/2012/05/konservasi-stasiun-jakarta-kota.html
http://sitiyuliani-arsitekturr.blogspot.co.id/2015/03/konservasi-arsitektur-pada-kawasan-dki.html
http://okavanis.blogspot.co.id/p/arsitektur.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisa Rumah Adat Sumatera Utara

Analisa Sederhana Hasil Arsitektur Klasik dan Modern

Analisa Tipologi Perpustakaan - Bodleian Library, University of Oxford